Senin, 18 September 2017

Kebudayaan



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    LATAR BELAKANG
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya. Dan secara etimologi, kata kebudayaan berasal dari kata budaya berasal dari bahasa sangsakerta buddayah yang merupakan bentuk jamak dari kata budhi yang berarti budi dan akal,dengan kata lain kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Budaya terbagi atas ranah sosial dan individual. Pada ranah sosial dikarenakan budaya lahir ketika manusia bertemu dengan manusia lainnya dan membangun kehidupan bersama yang lebih baik sekedar pertemuan-pertemuan incidental. Sedangkan dalam ranah individual karna budaya diawali ketika individu-individu bertemu masing dan saling memberi pengaruh.  Individu membawa budayanya pada setiap tempat dan situasi di kehidupannya sekaligus mengamati dan belajar budaya lain dari individu lain yang saling berinteraksi dan selanjutnya dibawa pulang pada budaya aslinya, dan mengembangkan budaya tersebut.
Sejalan dengan derasnya arus modernisasi dan globalisasi, budaya-budaya daerah kian memudar dan terpinggirkan oleh budaya-budaya yang masuk dalam tubuh budaya kita yang dominan berasal dari budaya barat . sehingga dari akibat tersebut dapat menimbulkan berbagai macam masalah di Indonesia, antara lain adanya perbedaan karakter kepribadian budaya barat dengan budaya Indonesia yang dapat merusak budaya Indonesia yang juga dapat mengakibatkan pembentukan kepribadian yang kurang baik akibat pergeseran nilai-nilai kebudayaan yang ada.



1.2  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Bagaimana pengertian kebudayaan menurut ilmu antropologi?
2. Bagaimana wujud kebudayaan?
3. Apa yang menjadi unsur-unsur kebudayaan?
4. Bagaimana integrasi kebudayaan?
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan masalah pada makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian kebudayaan menurut ilmu antropologi
2. Untuk mengetahui wujud kebudayaan
3. Untuk mengetahui  unsur-unsur kebudayaan
4. Untuk mengetahui integrasi kebudayaan









BAB II
PEMBAHASAN

2.1  PENGERTIAN KEBUDAYAAN MENURUT ILMU ANTROPOLOGI
Kalau dalam bahasa sehari-hari kebudayaan hanya dibatasihanya pada hal-hal yang indah (seperti candi, tari-tarian, seni rupa, seni suara, dan kesusasteraan). Sedangkan ilmu antropologi jauh lebih luas sifat dan ruang lingkupnya. Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan dengan  hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Sedangkan budaya adalah daya dan budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa itu.
Dalam istilah “antropologi-budaya” perbedaan itu ditiadakan. Kata budaya disini hanyalah dipakai sebagai suatu singkatan saja dari kebudayaan dengan arti yang sama. Sedangkan menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan karena hanya sedikit tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, yaitu hanya beberapa tindakan naluri, beberapa refleks, beberapa tindakan akibat proses fisiologi, atau kelakuan membabi buta.
Bahkan berbagai tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri terbawa dalam gen bersama kelahirannya (seperti makan, minum, atau belajar dengan kedua kakinya), juga dirombak olehnya menjadi tindakan berkebudayaan.
2.2  WUJUD KEBUDAYAAN
Menurut Prof. Dr. Koentjoroningrat, kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu :
1.      Wujud kebudayaan sebagai kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya.
2.      Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat.
3.   Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau difoto. Lokasinya ada dalam kepala atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat tempat kebudayaan bersangkutan itu hidup. Kalau warga masyarakat menyatakan gagasan mereka tadi dalam tulisan maka lokasi dalam kebudayaan ideal sering berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat bersangkutan. Sekarang kebudayaan ideal juga banyak tersimpan dalam disket, arsip, koleksi mikrofilm dan mikrofish, kartu komputer, silinder dan pita komputer.
Ide dan gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat, memberi jiwa kepada masyarakat itu. Gagasan itu satu dengan yang lain selalu berkaitan menjadi satu sistem. Para ahli antropologi dan sosiologi menyebut sistem ini sistem budaya atau cultural sistem. Dalam bahasa Indonesia terdapat juga istilah lain yang sangat tepat untuk menyebut wujud ideal dari kebudayaan ini, yaitu adat atau adat-istiadat untuk bentuk jamaknya.
Wujud kedua dari kebudayaan disebut sistem sosial atau social sistem, mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, dan bergaul satu sama lain dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia-manusia dalam suatu masyarakat, sistem sosial itu bersifat konkrit, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasi
Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik. Berupa seluruh hasil fisik dan aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat. Sifatnya paling konkret dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto. Ada benda-benda kompleks dan canggih, seperti komputer yang berkapasitas tinggi atau benda-benda yang bergerak seperti kapal ada
bangunan hasil seni arsitek seperti candi yang indah atau ada pula benda-benda yang kecil seperti kain batik, atau yang lebih kecil lagi kancing baju.
Ketiga wujud dari kebudayaan terurai tadi, dalam kenyataan kehidupan masyarakat tentu tidak terpisah satu dengan yang lain. Kebudayaan dan adat-istiadat mengatur dan memberi arah kepada manusia. Baik pikiran-pikiran dan ide-ide, maupun tindakan dan karya manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya sehingga mempengaruhi pula pola-pola perbuatannya, bahkan juga cara berpikirnya.
2.3   UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
 Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam kebudayaan semua bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut adalah :
1.   Sistem Bahasa
      Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.
Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi.
     2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya.
Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian tradisional yang disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranatamangsa dalam masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan kemarau.
Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa alam. Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut untuk menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang kondisi laut tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang di langit.
Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciriciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya. Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan mengenai, antara lain:
a.       alam sekitarnya
b.      tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya
c.       binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya
d.      zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya
e.        tubuh manusia
f.        sifat-sifat dan tingkah laku manusia
g.       ruang dan waktu.
        3.  Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
 Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social dalam kehidupannya.
Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat karena perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi sosial.



        4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.
5.    Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain:
a. berburu dan meramu
b. beternak
c. bercocok tanam di ladang
d. menangkap ikan
e. bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi.
Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di daerah pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi.
Pada saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama dalam mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup manusia untuk tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil produksi pertaniannya. Di dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan pendidikan dan keterampilannya dalam mencari pekerjaan.
      6. Sistem Religi
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.
Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif.
7.  Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.
Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.
     2.4  INTEGRASI KEBUDAYAAN
1. Metode Holistik
    Seorang sarjana antropologi tidak hanya bertugas menganalisis kebudayaan dengan mengetahui berbagai cara untuk memerincinya de dalam unsur-unsur yang kecil, dan mempelajari unsur-unsur kecil itu secara detail, tetapi Ia juga bertugas untuk dapat memahami kaitan antara tiap unsuru kecil itu, dan ia harus juga mampu melihat kaitan antara tiap unsur kecil itu, dan ia harus juga mampu melihat kaitan antara setiap unsur kecil itu dengan keseluruhannya. Dengan perkataan lain, ia harus paham akan masalah integrasi sari unsur-unsur kebudayaan.
 Para ahli natropologi biasanya memakai istilah “holistik” (holistic) untuk menggambarkan metode tinjauan yang mendekati suatu kebudayaan itu sebagai suatu kesatuan yang terintegrasi.
 Ilmu antropologi memang telah mengembangkan beberapa konsep yang dapat dipakai untuk memahami berbagai macam kaitan antara berbagai macam kaitan antara berbagai unsur kecil dalam suatu kebudayaan itu. Para ahli antropologi tentu sudah sejak lama mengetahui akan adanya integrasi atau jaringan terkait unsur-unsur kebudayaan itu dipelajari secara mendalam, baru setelah tahun 1920 timbul, dan baru sesudah waktu itu masalah integrasi menjadi bahan diskusi dalam teori. Dalam pada itu timbul beberapa konsep untuk menganalisis masalah integrasi kebudayaan, yaitu pikiran kolektif, fungsi unsur-unsur kebudayaan. Fokus kebudayaan, etos kebudayaan , dan kepribadian umum.
      2.   Pikiran Kolektif
Sudah sejak akhir abad ke-19 ada seorang ahli sosiologi dan antropologi Prancis, bernama E. Durkheim, yang mengembangkan konsep representations collectives (pikiran-pikiran kolektif) dalam sebuah karangan berjudul Representations Individuelles et Representations Collectives (1898). cara Durkheim menguraikan konsep itu pada dasarnya tidak berbeda dengan cara ilmu psikologi menguraikan konsep berfikir. Ia juga beranggapan bahwa aktivitas-aktivitas dan proses-proses rohaniah yang primer tadi melalui proses sekunder, menjadi bayangan-bayangan dan sejumlah dari semua bayangan tentang suatu hal yang khas, menjadi gagasan. Suatu gagasan serupa itu oleh Durkheim disebut representation. Oleh karena gagasan berada dalam alam pikiran seorang individu, maka disebutnya representation individuelle.
Gagasan seperti itu bisa juga dimiliki oleh lebih dari satu individu, bahkan juga oleh sebagian besar dari warga suatu masyarakat. Dalam hal itu kita sering bicara tentang “gagasan umum” atau “gagasan masyarakat”, sedangkan Durkheim bicara tentang “gagasan kolektif” atau representation collective. Kecuali itu Durkheim berpendapat bahwa suatu gagasan yang sudah dimiliki oleh sebagian besar warga masyarakat bukan lagi berupa satu gagasan tunggal mengenai suatu hal yang khas, melainkan sudah berkaitan dengan gagasan lain yang sejenis menjadi suatu kompleks gagasan-gagasan, sehingga ia selalu mempergunakan istilah representations collectives dalam bentuk jamak. Untuk membedakan istilah representations collectives dalam bentuk jamak. Untuk membedakan antara gagasan tunggal dengan kompleks berbagai gagasan yang dimiliki oleh sebagian besar dari warga masyarakat, agar jelas sebaiknya kita pakai istilah khusus untuk menerjemahkan istilah Durkheim yang bentuk jamak, yaitu istilah “pikiran kolektif”, sebab istilah “pikiran” memang lebih luas istilah dari istilah “gagasan”.
Durkheim juga mengajukan suatu ciri yang amat penting, yaitu apabila suatu kompleks pikiran kolektif sudah terbentuk dan menjadi mantap, maka seluruh kompleks itu berada terbentuk berada di luar si indicidu. Hal itu disebabkan karena keseluruhan pikiran kolektif dan gagasan-gagasan sehingga walaupun individu-individu yang mengembangkannya itu sudah meninggal, keseluruhan itu tetap dimiliki oleh generasi berikutnya. Selain diluar individu, menurut Dukrkheim representation collectives itu menjadi pedoman bagi tingkah laku atau tindakan bagi para warga masyarakat tadi.
Istilah-istilah lain yang sering digunakan untuk menyebut konsep “pikiran umum” atau “pikiran kolektif”, tadi adalah configuration atau “konfigurasi”. Istilah itu mula-mula dipakai ileh seorang ahli linguistik dan antropologi, E. Sapir, dalam bukunya The Unconscious Patterning of Behavior in Society (1927) dalam arti yang kurang lebih sama dengan representations allectives dari Durkheim. Namun, istilah configuration ini walaupun banyak dipakai kurang di kembangkan lebih lanjut dalam ilmu antropologi.


BAB III
PENUTUP
3.1       KESIMPULAN
Menurut ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah keseluruhan sistem gagasan, tundakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Tiga wujud kebudayaan: Wujud kebudayaan sebagai kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Unsur yang dapat kita sebut sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan di dunia itu antara lain: Bahasa, Sistem pengetahuan, Organisasi sosial, Sistem peralatan hidup dan teknologi,  Sistem mata pencaharian hidup, Sistem religi, Kesenian. Integrasi kebudayaan dapat dibagi menjadi : Metode Holistik, Pikiran Kolektif
3.2      SARAN
            Kami sebagai penulis berharap kepada pembaca atau mahasiswa agar kiranya dapat menjaga makalah ini dan terus mengembangkan pengetahuan tentang kepribadian budaya, khususnya dalam mata kuliah antropologi jangan hanya berhenti sampai disini, tetapi tetaplah mencari referensi lain yang berkaitan dengan kajian ilmu ini guna untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar