A.
Pandangan
Umum
Di zaman modern ini,
globalisasi bukanlah barang baru untuk berbagai bidang kehidupan. Secara
etimologis globalisasi berasal dari kata globe
yang diartikan sebagai dunia, globalisasi adalah aspek yang dimana cangkupannya
adalah dunia, mendunia, universal dan luas. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu
proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh
bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan
menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia ( Edison A. Jamli,
dkk. 2005). Dalam penyebaran globalisasi ini, tidak ada negara yang tidak
terkena pengaruh globalisasi. Perbedaannya hanya pada seberapa banyak dan
seberapa pintar sebuah negara menerima dan menyaring dampak dan kekuatan globalisasi
tersebut. Salah satu pengaruh era globalisasi adalah dalam bidang sosial budaya,
dimana pengaruh kehidupan sosial yang bebas serta pengaruh budaya barat yang mampu menghilangkan kepribadian atau jati
diri dari suatu bangsa dan negara jika tidak disikapi dengan bijak. Di era globalisasi ini peran Pancasila tentulah
sangat penting untuk tetap menjaga eksistensi serta kepribadian bangsa
Indonesia. Pancasila yang dijadikan sebagai dasar dan ideologi bangsa Indonesia
harus tetap menjadi acuan dalam menghadapi tantangan global agar tidak mudah
terombang-ambing dalam pengaruh era globalisasi. Jika kita dapat menyikapi
dengan baik berbagai hal yang timbul dari pengaruh globalisasi tentunya
globalisasi itu akan menjadi hal yang positif karena dapat menambah kesejahteraan
masyrakat dunia. Namun, jika kita tidak dapat menyikapi dengan baik sehingga
hal-hal negatif dari dampak globalisasi dapat merusak moral bangsa dan
eksistensi kebudayaan Indonesia itu sendiri.
Berdasarkan
permasalahan tersebut maka timbul suatu pertanyaan. Bagaimana pengaruh
globalisasi di bidang sosial budaya bagi masyarakat? lalu bagaimana peran Pancasila
untuk menghadapi pengaruh tersebut?. Tujuan ini juga tidak terlepas dari
rumusan masalah yang sudah dirancang yaitu untuk mengetahui pengaruh
globalisasi dalam bidang sosial budaya dan juga memahami peran Pancasila untuk
menghadapi pengaruh tersebut. Dengan demikian dapat memberikan manfaat untuk pembaca
bagaimana cara menyikapi pengaruh era globalisasi di bidang sosial budaya
dengan Pancasila. Sehingga kita sebagai warga negara Indonesia tetap memiliki
kepribadian serta jati diri bangsa tanpa menutup diri dari pengaruh
globalisasi.
B. Pengaruh Globalisasi di Bidang
Sosial Budaya
Globalisasi dalam aspek sosial budaya dapat berarti suatu
fenomena tersebarnya nilai-nilai sosial dan budaya tertentu ke seluruh dunia
sehingga menjadi budaya dunia atau world
culture. Pengaruh globalisasi di bidang sosial budaya semakin intensif
seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi yang memungkinkan antar bangsa
lebih mudah dilakukan, misalkan melalui media internet, tv, koran atau media
sosial lainnya Pengaruh sosial budaya akan menimbulkan pengaruh positif
maupun dampak negatif.
Pengaruh positif dari
globalisasi dalam bidang sosial budaya adalah meningkatnya solidaritas antar
bangsa diberbagai negara, karena melalui kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi memungkinan masyarakat dunia saling terhubung untuk berbagi
informasi dan pikiran tanpa dibatasi ruang dan waktu, masuknya budaya asing
juga dapat menambah pengetahuan serta wawasan bagi masyarakat mengenai budaya
yang ada di dunia, selain itu juga mampu meningkatkan
pembelajaran
mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola pikir yang baik, maupun
ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang telah maju, serta meningkatkan
etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, disiplin, mempunyai jiwa kemandirian
yang menjadi motivasi buat negara-negara lain untuk mencapai kemajuan.
Selain menimbulkan dampak positif era globalisasi juga
mempunyai dampak negatif dalam bidang sosial budaya yang sangat membahayakan
bagi negara-negara berkembang seperti Negara Indonesia. Dalam bidang sosial
akan menimbulkan sikap seperti, gaya hidup yang matrealistisyang menilai segala
sesuatunya dengan materi dan selalu berusaha memperkaya diri dengan materi
berlebih. Menimbulkan sikap individualistis, dulu sosialisasi hanya dapat
terjadi jika kita pergi keluar rumah, menyapa tetangga ataupun mengobrol. Namun
pada era globalisasi, hanya dengan duduk dialam rumah dengan internet, bahkan
kita bisa bersosialisasi dengan orang-orang yang berada sangat jauh. Inilah
akar dari individualistis yang tercipta karena tidak bersosialisasi secara
langsung. Hal ini akan sangat fatal karena menciptakan seseorang dengan sikap
yang tidak memperdulikan orang lain selain dirinya. Menimbulkan sikap
konsumerisme, yaitu paham dimana
seseorang atau kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau
pemakaian barang barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya
secara sadar dan berkelanjutan. Dan inilah hal yang paling sering terjadi
seperti berbelanja pakaian terlalu banyak. Padahal pakaian tersebut tidak
semuanya dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Sikap yang serba Instant, era
globalisasi membuat mudah segala sesuatunya. Ingin makan mie, cukup menyeduh
mie instant. Ingin makan bubur, cukup menyeduh bubur instant. Ingin makanan
dalam waktu singkat, cukup pesan fast food. Serba instant yang hanya memerlukan
waktu beberapa menit saja. Namun bukan berarti hal tersebut bagus. Sikap yang
serba instant akan mengantarkan pada sifat yang tidak sabaran. Terlebih semua
makanan yang instant berdampak negatif pada kesehatan tubuh. Sikap lalai dan
malas, seiring berkembangnya zaman, masyarakat beralih dari penggunaan Radio
menjadi TV atau bahkan Internet. Hiburan yang disajikan begitu mengasyikan dan
seru hingga membuat kita menjadi lalai dan malas.Bukan
hanya berpengaruh pada kelalaian mengerjakan tugas namun juga dapat menyebabkan
lalai dalam beribadah bahkan cenderung malas. Dalam bidang budaya akan
menimbulkan sikap seperti, cultur
shock yang ditandai dengan perubahan budaya maupun kebiasaan dalam
masyarakat. Norma masyarakat yang sebelumnya menjadi pedoman bagi seseorang
bertindak perlahan-lahan berubah menjadi longgar. Misalnya kebiasaan memberikan
salam dan mencium tangan pada orang tua sudah pudar di kalangan generasi muda. Pudarnya budaya atau kebiasaan pada
masyarakat seperti memberikan salam dan mencium tangan pada orang tua
sudah pudar di kalangan generasi muda sebagian besar disebabkan oleh masuknya
budaya Barat. Memberi salam atau mencium tangan orang tua sudah
tergantikan oleh “Cipika-Cipiki” yang diperkenalkan budaya Barat. Padahal ini
tidak sesuai dengan Bangsa Timur yang lebih mengedepankan etika dalam
bermasyarakat. Terlebih dalam Agama Islam “Cipika-Cipiki” dianggap dosa bila
dengan lawan jenis. Menimbulkan Style
dari Bangsa Barat, Bangsa Barat yang identik dengan
liberalisme, sangat bebas dalam berpakaian. Dan karena trend pakaian dunia
berkiblat pada bangsa Barat, maka style
atau cara berpakaian bangsa Barat pun perlahan masuk dalam budaya kita dan
berpakaian sangat sexy dengan rok pendek sudah mejadi hal yang lumrah.
C. Peran Pancasila Pada Era
Globalisasi
Tantangan
di era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi kepribadian bangsa, dan kini
mau tak mau, suka tak suka ,bangsa Indonesia berada di pusaran arus globalisasi
dunia.T etapi harus diingat bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti
kehilangan jati diri, kendati hidup ditengah-tengah pergaulan dunia. Rakyat
yang tumbuh di atas kepribadian bangsa asing mungkin saja mendatangkan
kemajuan, tetapi kemajuan tersebut akan membuat rakyat tersebut menjadi asing
dengan dirinya sendiri. Mereka kehilangan jatidiri yang sebenarnya sudah jelas
tergambar dari nilai-nilai luhur pancasila. Dalam arus globalisasi saat ini
dimana tidak ada lagi batasan-batasan yang jelas antar setiap bangsa Indonesia,
rakyat dan bangsa Indonesia harus membuka diri. Peran Pancasila
dalam menghadapi pengaruh era globalisasi dalam bidang sosial budaya adalah
dengan cara memfilter atau menyaring pengaruh
budaya global melalaui Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat
dijadikan sebagai dasar dan arahan dalam upaya mengatasi krisis dan
disintegrasi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada era globalisasi sekarang
ini. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya menjaga nilai-nilai luhur yang
terkandung di dalam Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional. Oleh
sebab itu, perlu dipersiapkan lahirnya generasi-generasi yang sadar dan
terdidik berdasarkan nilai-nilai moral yang ada pada Pancasila. Sadar dalam
arti generasi yang hati nuraninya selalu merasa terpanggil untuk melestarikan
dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila, terdidik dalam arti generasi yang
mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
sebagai sarana pengabdian kepada bangsa dan negara. Dengan demikian akan muncul
generasi-generasi yang mempunyai ide-ide segar dalam mengembangkan Pancasila.
Sehingga dari sini lah diharapkan akan tercipta generasi penerus bangsa yang
akan mampu membangun bangsa Indonesia menuju kesejahteraan. Selain itu untuk
mangatasi dampak dari globalisasi, Pancasila juga seharusnya benar-benar
dipegang teguh oleh masyarakat Indonesia sebagai pandangan hidup yang harus
tetap menjadi pijakan dalam bersikap. Kita sebagai warga bangsa Indonesia harus
bisa meneladani nilai yang terkandung dalam pancasila. Salah satunya yaitu
nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Disini Pancasila sudah menerangkan
bahwa kita harus sadar terhadap sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai –
nilai moral dan hidup bersama . Maka dari itu Pancasila sangat berperan dalam
menyaring setiap budaya yang masuk ke Indonesia dan tak lupa pula dengan
perantaraan pemerintah. Mereka harus memegang teguh nilai – nilai Pancasila
jika ingin menerapkan kebudayaan baru di Indonesia dan harus di dasarkan kepada
nilai – nilai yang terkandung dalam Pancasila,dan jika belum sesuai maka budaya
tersebut tidak boleh masuk ke Indonesia ini. Namun dibalik itu semua tak luput
dari kesadaran dan introfeksi diri kita masing masing, sebagai bangsa yang
berladaskan dasar Pancasila, seharusnya kita lebih bisa memilih budaya yang
cocok untuk kita terapkan di kehidupan sehari-hari, bukannya memaksa kebudayaan
luar yang negatif tersebut kita terapkan di kehidupan sehari hari tapi kita
sebagai masyarakat Indonesia belum bisa menerimanya dalam budaya kita.
D.
Kesimpulan
Bangsa
dan negara Indonesia tidak bisa menghindari akan adanya tantangan globalisasi,
dengan menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam menghadapi globalisasi bangsa
Indonesia akan tetap bisa menjaga eksistensi dan jati diri bangsa Indonesia.
Marilah kita menjaga ideologi pancasila agar selalu tertanam dalam sanubari
rakyat Indonesia. Mulailah dari diri kita sendiri, orang-orang terdekat kita,
teman-teman, keluarga dan masyarakat luas. Untuk diri kita sendiri, untuk hidup
yang lebih baik, untuk seluruh rakyat Indonesia. Indonesia adalah bangsa yang
ramah, tetapi tidak harus ramah pada budaya yang tidak baik yang menjadikan
diri kita tidak menjadi diri kita yang sebenarnya. Ayo kita lawan kebiasaan
ini. Mulai dari satu titik menuju bangsa yang lebih maju dan sejahtera. Dengan
mempelajari dan mengamalkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pancasila
di kehidupan sehari-hari. Maka tanpa kita sadari banga ini akan maju dengan
sendirinya tanpa harus khawatir lagi kehilangan jati diri sebagai rakyat
Indonesia, sebagai bangsa Indonesia.
” Yang
Paling Dibutuhkan Bangsa Indonesia Pada Saat Ini Adalah Tindakan Nyata Dari
Segenap Komponen Bangsa, Bukan Hanya Sekedar Retorika Yang Tak Bermakna. “