Minggu, 05 November 2017

Peran Pancasila Dalam Menghadapi Era Globalisasi





A.    Pandangan Umum 
Di zaman modern ini, globalisasi bukanlah barang baru untuk berbagai bidang kehidupan. Secara etimologis globalisasi berasal dari kata globe yang diartikan sebagai dunia, globalisasi adalah aspek yang dimana cangkupannya adalah dunia, mendunia, universal dan luas.  Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia ( Edison A. Jamli, dkk. 2005). Dalam penyebaran globalisasi ini, tidak ada negara yang tidak terkena pengaruh globalisasi. Perbedaannya hanya pada seberapa banyak dan seberapa pintar sebuah negara menerima dan menyaring dampak dan kekuatan globalisasi tersebut. Salah satu pengaruh era globalisasi adalah dalam bidang sosial budaya, dimana pengaruh kehidupan sosial yang bebas serta pengaruh budaya barat  yang mampu menghilangkan kepribadian atau jati diri dari suatu bangsa dan negara jika tidak disikapi dengan bijak. Di era globalisasi ini peran Pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga eksistensi serta kepribadian bangsa Indonesia. Pancasila yang dijadikan sebagai dasar dan ideologi bangsa Indonesia harus tetap menjadi acuan dalam menghadapi tantangan global agar tidak mudah terombang-ambing dalam pengaruh era globalisasi. Jika kita dapat menyikapi dengan baik berbagai hal yang timbul dari pengaruh globalisasi tentunya globalisasi itu akan menjadi hal yang positif karena dapat menambah kesejahteraan masyrakat dunia. Namun, jika kita tidak dapat menyikapi dengan baik sehingga hal-hal negatif dari dampak globalisasi dapat merusak moral bangsa dan eksistensi kebudayaan Indonesia itu sendiri.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka timbul suatu pertanyaan. Bagaimana pengaruh globalisasi di bidang sosial budaya bagi masyarakat? lalu bagaimana peran Pancasila untuk menghadapi pengaruh tersebut?. Tujuan ini juga tidak terlepas dari rumusan masalah yang sudah dirancang yaitu untuk mengetahui pengaruh globalisasi dalam bidang sosial budaya dan juga memahami peran Pancasila untuk menghadapi pengaruh tersebut. Dengan demikian dapat memberikan manfaat untuk pembaca bagaimana cara menyikapi pengaruh era globalisasi di bidang sosial budaya dengan Pancasila. Sehingga kita sebagai warga negara Indonesia tetap memiliki kepribadian serta jati diri bangsa tanpa menutup diri dari pengaruh globalisasi.

B. Pengaruh Globalisasi di Bidang Sosial Budaya
Globalisasi dalam aspek sosial budaya dapat berarti suatu fenomena tersebarnya nilai-nilai sosial dan budaya tertentu ke seluruh dunia sehingga menjadi budaya dunia atau world culture. Pengaruh globalisasi di bidang sosial budaya semakin intensif seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi yang memungkinkan antar bangsa lebih mudah dilakukan, misalkan melalui media internet, tv, koran atau media sosial lainnya Pengaruh sosial budaya akan menimbulkan pengaruh positif maupun dampak negatif.
Pengaruh positif dari globalisasi dalam bidang sosial budaya adalah meningkatnya solidaritas antar bangsa diberbagai negara, karena melalui kemajuan teknologi informasi dan komunikasi memungkinan masyarakat dunia saling terhubung untuk berbagi informasi dan pikiran tanpa dibatasi ruang dan waktu, masuknya budaya asing juga dapat menambah pengetahuan serta wawasan bagi masyarakat mengenai budaya yang ada di dunia, selain itu juga mampu meningkatkan pembelajaran mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola pikir yang baik, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang telah maju, serta meningkatkan etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, disiplin, mempunyai jiwa kemandirian yang menjadi motivasi buat negara-negara lain untuk mencapai kemajuan.
Selain menimbulkan dampak positif era globalisasi juga mempunyai dampak negatif dalam bidang sosial budaya yang sangat membahayakan bagi negara-negara berkembang seperti Negara Indonesia. Dalam bidang sosial akan menimbulkan sikap seperti, gaya hidup yang matrealistisyang menilai segala sesuatunya dengan materi dan selalu berusaha memperkaya diri dengan materi berlebih. Menimbulkan sikap individualistis, dulu sosialisasi hanya dapat terjadi jika kita pergi keluar rumah, menyapa tetangga ataupun mengobrol. Namun pada era globalisasi, hanya dengan duduk dialam rumah dengan internet, bahkan kita bisa bersosialisasi dengan orang-orang yang berada sangat jauh. Inilah akar dari individualistis yang tercipta karena tidak bersosialisasi secara langsung. Hal ini akan sangat fatal karena menciptakan seseorang dengan sikap yang tidak memperdulikan orang lain selain dirinya. Menimbulkan sikap konsumerisme, yaitu  paham dimana seseorang atau kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Dan inilah hal yang paling sering terjadi seperti berbelanja pakaian terlalu banyak. Padahal pakaian tersebut tidak semuanya dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Sikap yang serba Instant, era globalisasi membuat mudah segala sesuatunya. Ingin makan mie, cukup menyeduh mie instant. Ingin makan bubur, cukup menyeduh bubur instant. Ingin makanan dalam waktu singkat, cukup pesan fast food. Serba instant yang hanya memerlukan waktu beberapa menit saja. Namun bukan berarti hal tersebut bagus. Sikap yang serba instant akan mengantarkan pada sifat yang tidak sabaran. Terlebih semua makanan yang instant berdampak negatif pada kesehatan tubuh. Sikap lalai dan malas, seiring berkembangnya zaman, masyarakat beralih dari penggunaan Radio menjadi TV atau bahkan Internet. Hiburan yang disajikan begitu mengasyikan dan seru hingga membuat kita menjadi lalai dan malas.Bukan hanya berpengaruh pada kelalaian mengerjakan tugas namun juga dapat menyebabkan lalai dalam beribadah bahkan cenderung malas. Dalam bidang budaya akan menimbulkan sikap seperti, cultur shock yang ditandai dengan perubahan budaya maupun kebiasaan dalam masyarakat. Norma masyarakat yang sebelumnya menjadi pedoman bagi seseorang bertindak perlahan-lahan berubah menjadi longgar. Misalnya kebiasaan memberikan salam dan mencium tangan pada orang tua sudah pudar di kalangan generasi muda. Pudarnya budaya atau kebiasaan pada masyarakat seperti memberikan salam dan mencium tangan pada orang tua sudah pudar di kalangan generasi muda sebagian besar disebabkan oleh masuknya budaya Barat. Memberi salam atau mencium tangan orang tua sudah tergantikan oleh “Cipika-Cipiki” yang diperkenalkan budaya Barat. Padahal ini tidak sesuai dengan Bangsa Timur yang lebih mengedepankan etika dalam bermasyarakat. Terlebih dalam Agama Islam “Cipika-Cipiki” dianggap dosa bila dengan lawan jenis. Menimbulkan Style dari Bangsa Barat, Bangsa Barat yang identik dengan liberalisme, sangat bebas dalam berpakaian. Dan karena trend pakaian dunia berkiblat pada bangsa Barat, maka style atau cara berpakaian bangsa Barat pun perlahan masuk dalam budaya kita dan berpakaian sangat sexy dengan rok pendek sudah mejadi hal yang lumrah.

C. Peran Pancasila Pada Era Globalisasi
Tantangan di era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi kepribadian bangsa, dan kini mau tak mau, suka tak suka ,bangsa Indonesia berada di pusaran arus globalisasi dunia.T etapi harus diingat bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti kehilangan jati diri, kendati hidup ditengah-tengah pergaulan dunia. Rakyat yang tumbuh di atas kepribadian bangsa asing mungkin saja mendatangkan kemajuan, tetapi kemajuan tersebut akan membuat rakyat tersebut menjadi asing dengan dirinya sendiri. Mereka kehilangan jatidiri yang sebenarnya sudah jelas tergambar dari nilai-nilai luhur pancasila. Dalam arus globalisasi saat ini dimana tidak ada lagi batasan-batasan yang jelas antar setiap bangsa Indonesia, rakyat dan bangsa Indonesia harus membuka diri. Peran Pancasila dalam menghadapi pengaruh era globalisasi dalam bidang sosial budaya adalah dengan  cara memfilter atau menyaring pengaruh budaya global melalaui  Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat dijadikan sebagai dasar dan arahan dalam upaya mengatasi krisis dan disintegrasi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada era globalisasi sekarang ini. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya menjaga nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional. Oleh sebab itu, perlu dipersiapkan lahirnya generasi-generasi yang sadar dan terdidik berdasarkan nilai-nilai moral yang ada pada Pancasila. Sadar dalam arti generasi yang hati nuraninya selalu merasa terpanggil untuk melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila, terdidik dalam arti generasi yang mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sebagai sarana pengabdian kepada bangsa dan negara. Dengan demikian akan muncul generasi-generasi yang mempunyai ide-ide segar dalam mengembangkan Pancasila. Sehingga dari sini lah diharapkan akan tercipta generasi penerus bangsa yang akan mampu membangun bangsa Indonesia menuju kesejahteraan. Selain itu untuk mangatasi dampak dari globalisasi, Pancasila juga seharusnya benar-benar dipegang teguh oleh masyarakat Indonesia sebagai pandangan hidup yang harus tetap menjadi pijakan dalam bersikap. Kita sebagai warga bangsa Indonesia harus bisa meneladani nilai yang terkandung dalam pancasila. Salah satunya yaitu nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Disini Pancasila sudah menerangkan bahwa kita harus sadar terhadap sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai – nilai moral dan hidup bersama . Maka dari itu Pancasila sangat berperan dalam menyaring setiap budaya yang masuk ke Indonesia dan tak lupa pula dengan perantaraan pemerintah. Mereka harus memegang teguh nilai – nilai Pancasila jika ingin menerapkan kebudayaan baru di Indonesia dan harus di dasarkan kepada nilai – nilai yang terkandung dalam Pancasila,dan jika belum sesuai maka budaya tersebut tidak boleh masuk ke Indonesia ini. Namun dibalik itu semua tak luput dari kesadaran dan introfeksi diri kita masing masing, sebagai bangsa yang berladaskan dasar Pancasila, seharusnya kita lebih bisa memilih budaya yang cocok untuk kita terapkan di kehidupan sehari-hari, bukannya memaksa kebudayaan luar yang negatif tersebut kita terapkan di kehidupan sehari hari tapi kita sebagai masyarakat Indonesia belum bisa menerimanya dalam budaya kita.

D. Kesimpulan
Bangsa dan negara Indonesia tidak bisa menghindari akan adanya tantangan globalisasi, dengan menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam menghadapi globalisasi bangsa Indonesia akan tetap bisa menjaga eksistensi dan jati diri bangsa Indonesia. Marilah kita menjaga ideologi pancasila agar selalu tertanam dalam sanubari rakyat Indonesia. Mulailah dari diri kita sendiri, orang-orang terdekat kita, teman-teman, keluarga dan masyarakat luas. Untuk diri kita sendiri, untuk hidup yang lebih baik, untuk seluruh rakyat Indonesia. Indonesia adalah bangsa yang ramah, tetapi tidak harus ramah pada budaya yang tidak baik yang menjadikan diri kita tidak menjadi diri kita yang sebenarnya. Ayo kita lawan kebiasaan ini. Mulai dari satu titik menuju bangsa yang lebih maju dan sejahtera. Dengan mempelajari dan mengamalkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pancasila di kehidupan sehari-hari. Maka tanpa kita sadari banga ini akan maju dengan sendirinya tanpa harus khawatir lagi kehilangan jati diri sebagai rakyat Indonesia, sebagai bangsa Indonesia.
” Yang Paling Dibutuhkan Bangsa Indonesia Pada Saat Ini Adalah Tindakan Nyata Dari Segenap Komponen Bangsa, Bukan Hanya Sekedar Retorika Yang Tak Bermakna. “